Minggu, 16 April 2017

Ajaran-ajaran filsafat Arthur Schopenhauer

        Arthur Schopenhauer adalah seorang bangsawan dengan bergelimang harta yang diwarisi oleh ayahnya yang telah meninggal dunia, hidupnya sangatlah kesepian dia menjauh dari dunia ramai dan menjadi pribadi yang suka menyendiri, meskipun dia memiliki banyak harta dia tetap bekrja dan melanjutkan usaha orang tuannya tidak mau mengandalkan dan hidup berfoya-foya akan harta yang dimiliki. Dia hidup dengan ketakutan kerena dia merasa terancam, maka dia sering tidur dengan pistol di sampingnya. Arthur Schopenhauer sempat menjadi mahasiswa setelah itu dia sempat menjadi dosen, Namun, hanya lima orang yang berminat mengikuti kuliahnya dan dia pun dikeluarkan dari akademi tersebut. Disamping itu sisi lain kehidupan Arthur Schopenhauer banyak masalah yang dihadapi setelah kematian ayahnya mulai dari bisnis keluarga yang dia teruskan sampai masalah percintaannya dengan beberapa wanita dan pernikahannya yang selalu gagal menajadi pemicu Arthur Schopenhauer tidak percaya kepada wanita bahkan dia menganggap wanita membawa masalah dalam kehidupannya dan dia harus menjauh dari wanita agar dia tidak mendapatkan masalah dalam hidupnya.

        Dia menganggap hidup dengan banyak orang memuakkan dan membuang waktu baginya. Ia menhina dan mengejek Kaum wanita sebagai “para karikatur Terlebih lagi dia beranggapan kalau ibunya sudah melupakan ayahnya yang sudah meninggal. Di akhir hidupnya setelah dia meninggal barulah buku-buku yang ia tulis laris dipasaran, sebelum dia wafat buku yang dia rilis tidak laku.

Dasar Pemikiran Schopenhauer
        Filsafat Arthur Schopenhauer hadir sebagai suatu reaksi terhadap filsafat Hegel. Dalam Hegel masih ditemui suatu optimisme asional; segala ‘Ada’ akhirnya bersifat rasional, bermakna dan dapat dimengerti. Schopenhauer berbeda dalam hal rasionalitas dan kebermaknaan Ada tersebut; dasar ada tidak lagi rasional,melainkan irasional, dan tidak berbentuk kesadaran melainkan ketidaksadaran. Karya utama Schopenhauer, yang membuatnya terkenal, “Die Welt als Wille und Vorstellung” Dunia sebagai Kehendak dan Presentasi) bermula dengan penilaian tentang hakekat dan batas-batas pemahaman, tetapi tidak dengan pernyataan-pernyataan dogmatis tentang prinsip-prinsip metafisika.
        Seperti Kant, Schopenhauer berpendapat bahwa rasio tidak dapat mengetahui ‘benda dalam dirinya sendiri’ (das Ding an sich), namun kita memiliki jalan lain menuju realitas, yang tidak bersifat intelektual, yakni lewat ‘Kehendak’ (will). Bagi Schopenhauer, Kehendak adalah kategori metafisika yang paling mendasar, akar dari segala yang kita anggap ‘nyata’ (fenomenal).
         Menurutnya, hanya dalam tindakan-tindakan Kehendak itulah kita dapat merealisasikan diri sendiri sebagai mahkluk yang punya eksistensi. Jadi, Kehendak adalah realitas transendental, artinya realitas noumenal, realitas di belakang fenomena atau pengalaman yang kita rasakan. Realitas pada hakikatnya berupa Kehendak. Di belakang dunia pengalaman kita terdapat Kehendak transendental itu. Yang kita tangkap adalah fenomena, yang berupa ‘gejala’ atau dalam bahasa Arthur Schopenhauer, ide/presentasi/bayangan (Vorstellung) dari Kehendak transendental itu. Dunia adalah Kehendak dan bayangan (imajinasi); Kehendak adalah realitas noumenal, sedangkan bayang-bayang adalah manifestasinya di alam fenomenal.
       Ajaran Filsafat Arthur Schopenhauer merupakan salah satu filsuf yang memberikan ide tentang filsafat seni/estetika yang berpengaruh pada abad ke-18. Dalam perkembangan filsafat, Arthur Schopenhauer dipengaruhi dengan kuat oleh Imanuel Kant dan juga pandangan Buddha. Pemikiran Kant nampak di dalam pandangan Schopenhauer tentang dunia sebagai ide dan kehendak. Arthur Schopenhauer mengembangkan pemikiran Immanuel Kant tersebut dengan menyatakan bahwa benda pada dirinya sendiri itu bisa diketahui, yakni "kehendak". Filsafat Schopenhauer hadir sebagai suatu reaksi terhadap filsafat Hegel.
         Filsafat Arthur Schopenhauer hadir sebagai suatu reaksi terhadap filsafat Hegel. Dalam Hegel masih ditemui suatu optimisme rasional; segala 'Ada' akhirnya bersifat rasional, bermakna dan dapat dimengerti. Schopenhauer berbeda dalam hal rasionalitas dan kebermaknaan Ada tersebut; dasar ada tidak lagi rasional, melainkan irasional, dan tidak berbentuk kesadaran melainkan ketidaksadaran. Karya utama Arthur Schopenhauer, yang membuatnya terkenal, “Die Welt als Wille und Vorstellung” (Dunia sebagai Kehendak dan Presentasi) bermula dengan penilaian tentang hakekat dan batas-batas pemahaman, tetapi tidak dengan pernyataan-pernyataan dogmatis tentang prinsip-prinsip metafisika. Ia mempengaruhi beberapa filsuf dengan pemikirannya. Bahkan, Hittler mengaguminya. Menurut Arthur Schopenhauer, dunia ini adalah representasi ide atau pemikiran kita. Realitas adalah kehendak itu sendiri. Akan tetapi, kehendak itulah sumber penderitaan manusia.
         Untuk melepaskan diri dari penderitaan, menurut Arthur Schopenhauer, kita harus menghilangkan kehendak egoistik, menyerah kepada kosmik, dan menolong sebanyak mungkin orang. Arthur Schopenhauer mempunyai sebuah undang-undang yang kuat.  Pemikiran Arthur Schopenhauer banyak dipengaruhi oleh pandangan Buddha dan paham filsafat Imanuel Kant. Kekagumannya kepada keduanya itu amat besar. Hal ini terlihat dari ruang kerjanya dipasang dengan kedua patung tokoh tersebut. Pemikiran Arthur Schopenhauer berikut ini, antara lain:
  1. Dunia Sebagai Ide/Gambaran Arthur Schopenhauer melihat dirinya sebagai bocah yang merevolusi Kant’s Copernican, sendirian membawa proyek masternya ke kesimpulan logika. Kant mempunyai argumen bahwa ada sebuah epistemic distingsi di antara dunia yang telah kita alami, dunia yang kelihatannya, dan dunia yang sebenarnya. Kita semua ide atau representasi. “Dunia adalah representasi saya,” tulis Arthur Schopenhauer. Arthur Schopenhauer membuka buku The World as Will and Representation-nya dengan kalimat, “The World is my idea”. Menurut Arthur Schopenhauer, benda yang dapat kita kenal adalah gambaran representasinya.
  2. Kehendak Hidup Menurut Arthur Schopenhauer, ada dua aspek : di luar, yakni representasi, dan di dalam, yakni kehendak. Dunia adalah gambaran/kehendak. Kehendak adalah esensi dari kehidupan ini, kita hanya dapat mengenal dunia sesuai penampilannya kepada kita. Untuk dapat mengenal dunia, kita tidak mempunyai jalan masuk ke sana. Hanya ada satu pintu dan pintu itu adalah kehendak. Menurut Arthur Schopenhauer, kehendak itu bisa dimanifestasikan sebagai tubuh kita. Jadi, kita melihat representas dunia dengan tubuh kita. Sebelum kita melangkah kepada pembahasan yang lebih jauh, terlebih dahulu kita melihat apa yang melatar belakangi pemikiran tersebut.
  3. Keselamatan dari Penderitaan Eksistensi Bagi Arthur Schopenhauer, realitas adalah kehendak itu sendiri spiritual, bukan material-tetapi kehendak adalah penderitaan. Manusia terus-menerus berkehendak, terus berpindah dari kehendak satu ke kehendak yang lain. Menurut Schopenhauer, jalan keselamatan adalah Hindu. Penolakan terhadap nafsu, menghilangkan kehendak, membebaskan manusia dari ilusi dan penderitaan. Solusi dari permasalahan penderitaan ini adalah menghilangkan egoistis kehendak dan menyerah kepada kosmik. Estetika yang dikemukakan oleh Arthur Schopenhauer merupakan jalan keluar dari penderitaan, walaupun sifatnya hanya sementara. Penderitaan dalam hidup bisa disembuhkan oleh seni. Manusia yang hidup dalam keadaan patologis, dapat diangkat oleh keindahan seni. Arthur Schopenhauer menyebut seni-seni yang dapat mengatasi problem ini, seperti arsitektur, seni lukis, seni pahat atau patung, puisi dan musik. Dan, ia sangat meninggikan seni musik dalam filsafat Kehendaknya. Musik menjadi puncak dari segala bentuk seni yang lain.
  4. Moralitas Menurut Arthur Schopenhauer, pada dasarnya manusia itu egois. Egoisme itulah yang melahirkan penderitaan. Untuk menghilangkan penderitaan itulah manusia harus melepaskan egoismenya, melepaskan diri dari kehendak, dan jalan moralitas adalah salah satu jalan pelepasan kehendak. Manusia harus melepaskan egoismenya dan menolong orang sebanyak yang dia mampu. Tampaknya Schopenhauer sangat terpengaruh oleh agama Hindu.
  5. Arthur Schopenhauer, Seks, dan Psikoanalisis Bagi Arthur Schopenhauer, seks adalah “penegasan terhadap kehendak yang paling kuat. Itu kehendak hidupnya yang final dan tujuannya yang paling tinggi”. Oleh karena itu Arthur Schopenhauer memandang kelamin sebagai “fokus yang riil dalam kehendak”.
  6. Keputusan dan Hukuman Arthur Schopenhauer menjelaskan seseorang yang hendak mengambil keputusan. Menurut dia, ketika kita mengambil keputusan, kita akan diperhadapkan dengan berbagai macam akibat. Oleh sebab itu, keputusan yang diambil memiliki alasan atau dasar. Keputusan-keputusan ini menjadi tidak bebas lagi bagi si pemilihnya. Pemilih itu harus diperhadapkan kepada beberapa akibat dalam sebuah keputusan. Segala tindakan yang dilakukan seseorang merupakan kebutuhan dan tanggung jawabnya. Pemikiran khas Arthur Schopenhauer dalam estetika: Musik sebagai seni tertinggi Musik sebagai Seni Tertinggi Menurut Schopenhauer, musik itu berdiri sendiri, berbeda dari seni-seni yang lainnya. Seni-seni yang lain mengulangi atau menyalin ide tentang eksistensi. Arthur Schopenhauer menyatakan bahwa seni-seni yang lain merupakan ungkapan dari Kehendak, sedangkan musik adalah Kehendak itu sendiri. Musik memiliki pengaruh yang sangat kuat pada inti kodrat manusia. Oleh karena itu, musik dimengerti dalam kesadaran sebagai ‘bahasa universal’.

0 komentar:

Posting Komentar

 
PSI114 - Filsafat Manusia 1039-Mulyo Wiharto Seksi 10 Blogger Template by Ipietoon Blogger Template